Senin, 10 Juni 2013

Aku Diam Tentang Rasaku



Selamat pagi dunia, saatnya aku terbangun dan tersenyum  meluangkan waktu untuk sejenak menata memory-memory yang telah berjalan di alam mimpi. Perlahan membuka mata, dan waktunya aku menyapa dan bercerita dengan Tuhan untuk pagi yang indah ini. Bodoh, lagi-lagi aku harus bercerita tentangmu, bersyukur tentang rasa yang pernah ada, tentang kebersamaan yang pernah kulalui walau hanya dalam deringan sms di ponselku. Tak dapat ku pungkiri hingga detik ini pun saat pagi ku membuka mata, menatap ponsel dan berharap ada satu pesan singkat darimu untuk sekedar mengingatkanku menyampaikan doa dan harapan kecil untukmu pada Tuhan.

Mungkin benar hanya aku yang banyak berharap, dari setiap kata yang kau tuliskan, dari setiap perhatian yang kau berikan, hah sejenak aku menatap langit-langit kamarku, saat hanya kata-katamu yang selalu teringat. Saat canda tawamu yang sempat buatku tersenyum walau melalui pesan singkat. Saat harus rela berpura-pura tegar didepanmu, mendengar keluh kesah dan bahagiamu dengannya

Entahlah, mungkin memang benar aku yang bodoh. Memulai rasa tentangmu, tentangmu yang memulai kebahagiaanku dengan menyapaku lebih dulu, tentangmu yang akhirnya bercerita bahwa kau telah bersamanya. Tapi bagaimana aku bisa hapuskan rasa ini, disaat kau hadir dengan perhatianmu yang lebih. Hari-hari ku telah terbiasa denganmu, pagi dari ku terbangun, dan malam hingga ku terlelap. Ku sisakan beberapa menit untuk tersenyum dengan pesan singkatmu sebagai pengantar tidurku. Lalu haruskah aku benar-benar mengubur rasa pada saat itu.

Namun semua berbeda, saat aku benar-benar harus membuka mata. Bahwa semua mungkin memang hanya penilaian dari sisiku sendiri. Yang tak pernah terbesit rasa di imajimu. Bahkan aku tersentak bahwa mungkin ini hanya permainanmu, permainan di mana aku hanya persinggahan bukan untuk tujuanmu. Menyakitkan memang, saat kehangatan yang biasa ku rasa harus berhenti secara cepat sekarang. Tak ada lagi sapamu, tak ada lagi perhatianmu, bahkan senyum kecil yang biasa ku lihatpun semuanya pudar seketika.

Tak bisa ku menyalahkanmu tentang semua, hanya aku saja yang terlalu banyak berharap dari setiap kisah yang ada. Tak bisa ku mengelak aku merasa kehilangan, kehilangan seseorang yang sempat membuatku tersenyum setiap harinya. Tapi aku tak punya hak atas semua, mungkin aku hanya sebatas teman di matamu. Tidak lebih. Tapi apakah harus tidak sepeka itu hatimu akan semua yang telah terjadi. Jika “iya” mungkin aku salah memilihmu. Walaupun hanya rasa dalam diam, semua ini nyata. Nyata rasa sakitnya. Sudahlah aku hanya mencoba bersyukur dengan rasa yang ada, karena melalui mu aku mengerti arti rasa yang sebenarnya. Satu kata yang masih aku ingat darimu “Kasih sayang ada karena kebiasaan dan perhatian” semoga kata-kata itu bisa kau berikan untuknya yang beruntung memilikimu.

Aku disini terdiam, dan sengaja diam. Menahan rasaku sendiri, mencoba merelakan meski sulit. Namun aku bersyukur karena mu aku mengenal tawa dan airmata J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar