Selamat pagi dunia, saatnya aku terbangun dan tersenyum meluangkan waktu untuk sejenak menata
memory-memory yang telah berjalan di alam mimpi. Perlahan membuka mata, dan
waktunya aku menyapa dan bercerita dengan Tuhan untuk pagi yang indah ini. Bodoh,
lagi-lagi aku harus bercerita tentangmu, bersyukur tentang rasa yang pernah
ada, tentang kebersamaan yang pernah kulalui walau hanya dalam deringan sms di
ponselku. Tak dapat ku pungkiri hingga detik ini pun saat pagi ku membuka mata,
menatap ponsel dan berharap ada satu pesan singkat darimu untuk sekedar
mengingatkanku menyampaikan doa dan harapan kecil untukmu pada Tuhan.
Mungkin benar hanya aku yang banyak berharap, dari setiap
kata yang kau tuliskan, dari setiap perhatian yang kau berikan, hah sejenak aku
menatap langit-langit kamarku, saat hanya kata-katamu yang selalu teringat. Saat
canda tawamu yang sempat buatku tersenyum walau melalui pesan singkat. Saat harus
rela berpura-pura tegar didepanmu, mendengar keluh kesah dan bahagiamu
dengannya
Entahlah, mungkin memang benar aku yang bodoh. Memulai rasa
tentangmu, tentangmu yang memulai kebahagiaanku dengan menyapaku lebih dulu,
tentangmu yang akhirnya bercerita bahwa kau telah bersamanya. Tapi bagaimana
aku bisa hapuskan rasa ini, disaat kau hadir dengan perhatianmu yang lebih. Hari-hari
ku telah terbiasa denganmu, pagi dari ku terbangun, dan malam hingga ku
terlelap. Ku sisakan beberapa menit untuk tersenyum dengan pesan singkatmu
sebagai pengantar tidurku. Lalu haruskah aku benar-benar mengubur rasa pada
saat itu.
Namun semua berbeda, saat aku benar-benar harus membuka
mata. Bahwa semua mungkin memang hanya penilaian dari sisiku sendiri. Yang tak
pernah terbesit rasa di imajimu. Bahkan aku tersentak bahwa mungkin ini hanya
permainanmu, permainan di mana aku hanya persinggahan bukan untuk tujuanmu.
Menyakitkan memang, saat kehangatan yang biasa ku rasa harus berhenti secara
cepat sekarang. Tak ada lagi sapamu, tak ada lagi perhatianmu, bahkan senyum
kecil yang biasa ku lihatpun semuanya pudar seketika.
Tak bisa ku menyalahkanmu tentang semua, hanya aku saja yang
terlalu banyak berharap dari setiap kisah yang ada. Tak bisa ku mengelak aku
merasa kehilangan, kehilangan seseorang yang sempat membuatku tersenyum setiap
harinya. Tapi aku tak punya hak atas semua, mungkin aku hanya sebatas teman di
matamu. Tidak lebih. Tapi apakah harus tidak sepeka itu hatimu akan semua yang
telah terjadi. Jika “iya” mungkin aku salah memilihmu. Walaupun hanya rasa
dalam diam, semua ini nyata. Nyata rasa sakitnya. Sudahlah aku hanya mencoba
bersyukur dengan rasa yang ada, karena melalui mu aku mengerti arti rasa yang
sebenarnya. Satu kata yang masih aku ingat darimu “Kasih sayang ada karena
kebiasaan dan perhatian” semoga kata-kata itu bisa kau berikan untuknya yang
beruntung memilikimu.
Aku disini terdiam, dan sengaja diam. Menahan rasaku
sendiri, mencoba merelakan meski sulit. Namun aku bersyukur karena mu aku
mengenal tawa dan airmata J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar